Friday 29 March 2013

BEBERAPA TIPS MATERI UN 2013 SMA BAHASA INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim

Taraa . . :D

Kali ini aku mau posting artikel mengenai materi UNAS SMA 2013, secara beberapa hari lagi kita akan menghadapi ujian akhir yang super duper ketat ini (20 paket). #keepfighting

Ok, untuk yang pertama aku bakal bahas beberapa materi pelajaran Bahasa Indonesia UN SMA 2013. Yang diposting kali ini merupakan beberapa SKL yang kelihatannya mudah namun menjebak (pengalaman, hehe :D). Seringkali dianggap benar namun ketika dikoreksi ternyata salah #upss

Langsung aja ya :p


SKL : Melengkapi paragraf dengan kata baku, kata serapan, kata berimbuhan, kata ulang, ungkapan, peribahasa.

(di bawah ini aku tuliskan beberapa kata baku di sebelah kiri dan kata tidak baku di sebelah kanan yang dicoret)

Aktivitas      Aktifitas  (contoh lain : sportif, efektif, produktif, dll bila ditambah -itas huruf f berubah v)
Analisis      Analisa   (fotosintesis bukan fotosintesa, hipotesis bukan hipotesa)
Apotek       Apotik    (apoteker bukan apotiker)
Atlet           Atlit        (atletik bukan atlitik)
Bus            Bis
Cabai         Cabe       (pantai bukan pante, santai bukan sante, gulai bukan gule)
Eksekutif    Eksekutip
Foto kopi    Foto copy  Photo copy  Photo kopi
Hakikat       Hakekat  (hakiki bukan hakeki)
Ihwal          Ikhwal        Ikwal   
Ijazah         Ijasah
Imbauan     Himbauan
Izin             Ijin   
Jumat         Jum'at
Kaidah        Kaedah
Kompleks    Komplek
Kongres      Konggres
Konkret       Konkrit       Kongkret
Manajer       Manager      Menejer
Memengaruhi   Mempengaruhi
Memesona   Mempesona
Meterai       Materai
Moral          Moril       (moralitas bukan morilitas)
Musala        Mushola
Napas         Nafas
Praktik        Praktek   (praktikum bukan praktekum)
Rabu          Rebo
Risiko         Resiko     (riskan bukan reskan)
Saksama    Seksama
Salat          Sholat         Shalat
Sekadar     Sekedar
Sistem        Sistim      (sistematis bukan sistimatis)
Standar      Standard
Teknik        Tehnik     (teknologi bukan tehnologi)
Teoretis      Teoritis
Vakum        Fakum
Zikir            Dzikir

Ada lagi kata lain seperti antar :
Antarprovinsi bukan antar provinsi
Antar-Surabaya (karena Surabaya huruf S besar maka diberi tanda penghubung (-))
Antar kecamatan (karena ada imbuhan ke-an), dll.

Contoh soal :

Kita sebaiknya menentukan kegiatan yang harus mendapat . . . Terutama jika kita ingin menjadi . . . pada era . . . seperti sekarang ini.
Penulisan kata baku yang tepat melengkapi paragraf tersebut adalah . . .
A. prioritas, atletik, modern
B. prioritas, atlitik, modern
C. pryorytas, atlit, modern
D. prioritas, atlet, modern
E. perioritas, atlet, moderen

Maka jawaban yang tepat adalah : D. prioritas, atlet, modern




SKL : Menulis judul sesuai EYD

(Tips : pada penulisan judul ini yang harus berhuruf kecil antara lain kata depan dan kata penghubung)

=> di, ke, dari, yang, dan, untuk, bagi, dalam, dengan, pada, oleh, terhadap

NB : kata-kata di atas harus tetap berhuruf besar bila diletakkan di awal kalimat

Contoh soal :

Penulisan judul yang sesuai EYD adalah . . .
A. Peran masyarakat terhadap perwujudan bangsa yang modern
B. Peran Masyarakat Terhadap Pewujudkan Bangsa Yang Modern
C. Peran Masyarakat terhadap Perwujudan bangsa yang Modern
D. Peran Masyarakat Terhadap Perwujudan Bangsa yang Modern
E. Peran Masyarakat terhadap Perwujudan Bangsa yang Modern

Maka jawaban yang tepat adalah : E. Peran Masyarakat terhadap Perwujudan Bangsa yang Modern




SKL : Menulis karya ilmiah (latar belakang dan rumusan masalah)

Kalimat Latar Belakang
(Tips : Pilihlah jawaban yang terdapat kalimat seperti akhir-akhir ini; dewasa ini; belakangan ini; saat ini; sering kita jumpai . . )

Rumusan Masalah
(Tips : Pilih pilihan jawaban yang mengandung kata tanya bagaimana, jika tidak ada maka pilihlah kata tanya apa atau mengapa sebagai alternatif)

Contoh soal :

Topik karya tulis : Menggali Potensi Pariwisata sebagai Basis Kekuatan Ekonomi di Sumatra Barat

Kalimat latar belakang yang sesuai dengan topik tersebut adalah . . .
A. Saat ini, Sumatra Barat memiliki sumber daya alam dan peninggalan budaya yang menarik dan bernilai ekonomi yang belum tergali.
B. Meningkatkan pariwisata di Sumatra Barat perlu penataan iklim yang kondusif bagi perekonomian.
C. Menggali potensi pariwisata hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian.
D. Pemerintah meningkatkan daya saing industri wisata sebagai basis perekonomian di lingkungannya.
E. Jika dunia pariwisata maju, otomatis perekonomian Sumatra Barat juga meningkat dan kesejahteraan pun meningkat.

Maka jawaban yang tepat adalah : A. Saat ini, Sumatra Barat memiliki sumber daya alam dan peninggalan budaya yang menarik dan bernilai ekonomi yang belum tergali.


Topik : Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di Era Globalisasi

Kalimat rumusan masalah yang tepat sesuai topik di atas adalah . . .
A. Apa yang menyebabkan kurangnya sumber daya manusia di era globalisasi?
B. Bagaimana cara memberdayakan sumber daya manusia di era globalisasi?
C. Berapa jumlah sumber daya manusia yang perlu diberdayakan?
D. Siapa yang perlu memberdayakan sumber daya manusia?
E. Mengapa sumber daya manusia perlu diberdayakan di era globalisasi?

Maka jawaban yang tepat adalah : B. Bagaimana cara memberdayakan sumber daya manusia di era globalisasi?



Masih kurang? :D Di bawah ini ada beberapa latihan soal tentang SKL di atas kok, coba temen-temen jawab ya :))


LATIHAN SOAL



1.      Agar implementasi benar, tepat, dan efektive, baik menteri maupun pejabat, turun mengecek serta memberi motifasi. Keefektivannya juga perlu dianalisa secara akurat.
Kata baku yang tepat untuk memperbaiki kata tercetak miring tersebut adalah . . .
A.      efektif, motivasi, keefektifan, dianalisis
B.      efektiv, motivasi, keefektifan, dianalysa
C.      efektif, motivasi, efektivitas, dianalisis
D.      evektif, motivasi, efektivitas, dianalisa
E.       efektif, motivasi, efektifitas, dianalisis

2.      Penulisan judul karya tulis yang tepat adalah . . .
A.      Udara Bersih Dan sehat Dambaan Masyarakat di Indonesia
B.      Udara bersih dan sehat dambaan masyarakat di Indonesia
C.      Udara Bersih Dan Sehat Dambaan Masyarakat Di Indonesia
D.      Udara bersih Dan sehat dambaan masyarakat Di Indonesia
E.       Udara Bersih dan Sehat Dambaan Masyarakat di Indonesia

3.      Topik : Kurangnya minat baca di kalangan siswa
Latar belakang yang sesuai dengan topik tersebut adalah . . .
A.      Sekarang ini banyak siswa yang malas belajar
B.      Akhir-akhir ini kita ketahui kurangnya minat baca siswa
C.      Selama ini memang kita ketahui siswa malas membaca
D.      Mari kita ajak siswa untuk rajin membaca
E.       Untuk itu kita harus mendorong siswa untuk rajin membaca

4.      Kalimat rumusan masalah yang tepat untuk topik tersebut adalah . . .
A.      Bagaimana langkah-langkah meningkatkan minat baca siswa?
B.      Apakah ada cara untuk meningkatkan minat baca siswa?
C.      Siapa yang bertanggung jawab atas turunnya minat baca siswa?
D.      Berapa waktu ideal seorang siswa dikategorikan minat bacanya baik?
E.       Bagaimana respon guru terhadap turunnya minat baca siswa?



Gimana materi dan soal-soalnya barusan? Aku harap teman-teman bertambah ilmunya setelah membaca postingan ini. Doain ya biar bisa posting pelajaran yang lainnya buat UNAS besok :D

Keep study and pray, may God bless your effort ;)
FIGHTING !! ^^

Wednesday 27 March 2013

Where We Are


Stay, stay where you are  
Don't let me go, don't let me go  
Made it this far
 
Oh baby, stop, stop right there  

Don't walk away, don't walk away 
Into thin air
 
We survived a crash 

Made it through the wreckage  
Standing here at last 
So perfectly written
 

Now where we are 
Is where we're suppose to be  
Where we are 
Keeps the breath in me
 

Where we've been 
Risen from the deep  
Where we're now no one can tear us apart  
That's where we are

Don't, don't turn around 

We gotta live, we got to live 
Go off the past now
 
Oh, feel me by your side 

We're out of danger 
No reason to hide
 

We survived the storm  
Made it through the hurricane 
Standing here at last 
Dry despite the rain

And now where we are 

Is where we're suppose to be 
Where we are 
Keeps the breath in me
 

Where we've been 
We've risen from the deep 
Where we're now no one can tear us apart 
That's where we are  
That's where we are
 

Stay, stay where you are
Where we are 

Is where we're suppose to be 
Where we are 
Keeps the breath in me
 

And where we've been 
We've risen from the deep 
Where we're now no one can tear us apart  
That's where we are  
That's where we are

Thursday 21 March 2013

Bintang di Kaki Langit






Derai angin berkumandang ria
Kerlip bintang di angkasa raya
Menyapa seluruh penduduk dunia
Hembuskan ketenangan yang bergempita

Di kaki langit tampak bintang gemilauan
Memancarkan cahaya di tengah kesunyian
Kulihat seolah dia merasakan ketenangan
Dari suasana senyap tak tertahankan

Wahai bintang bolehkah kubertanya padamu
Apa engkau merasa sesuatu jauh
Yang selalu membayangi langkah bak hantu
Dan menghalangi seluruh perasaan rindu

Tahukah engkau seorang yang selalu merindukanmu
Meninggalkan cahayamu redup seorang diri
Itulah aku, sosok yang tiada lelah mencari
Yang akan temanimu hingga ajal menanti

Sunday 17 March 2013

Notes About Doctor : Don't Forget The Others (COPAS)


spesial untuk kalian terutama para calon dokter

Riri, aku saat ini sedang kuliah semester akhir di sebuah universitas  negeri. Aku kuliah disebuah jurusan yang cukup favorit, yaitu jurusan  Kedokteran. Sebuah jurusan – yang aku yakini – dapat membuat hidupku lebih baik di masa mendatang.
 Bukan kehidupan yang hanya untukku, tetapi juga buat keluargaku yang telah susah payah mengumpulkan uang agar aku dapat meneruskan dan meluluskan kuliahku. Kakakku juga rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratoriumku yang cukup tinggi.
  Hari ini adalah hari ujian semesteranku. Mata kuliah ini diampu oleh dosen yang cukup unik, dia ingin memberikanpertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” katanya beberapa waktu lalu.
Satu per satu pertanyaan pun dia  lontarkan, kami para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu  mungkin dalam kertas ujian kami. Ketakutanku terjawab hari ini, 9 pertanyaan yang dilontarkannya lumayan mudah untuk dijawab. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar aku tulis di lembar jawabku.
 Tinggal pertanyaan ke-10. “Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
“Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” katanya.
  Seluruh ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada  hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini.

  “Ini serius !” lanjut Pak Dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang Aku tahu ibu tua itu, dia mungkin juga satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran ini. Aku tahu dia, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung, dan ia selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswa di sini. Ia  selalu menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuatku konyol.. aku tidak tahu namanya ! dan dengan terpaksa aku memberi jawaban  ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini.
 Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu. Sambil menyodorkan kertas jawaban, aku memberanikan bertanya kepadanya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini.
“Justru ini adalah pertanyaan terpenting  dalam ujian kali ini” katanya. Beberapa mahasiswa pun ikut  memperhatikan ketika dosen itu berbicara.
  “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D !”
Semua berdecak, aku bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?”
Kata dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.”
Ia lalu pergi membawa tumpukan kertas-kertas jawaban ujian itu



Jangan sombong ya

Membaca sebuah artikel di kompasiana sore ini sebelum buka puasa, saya tersentak. Cerita seorang pengunjung rumah sakit di Jogja melaporkan betapa buruknya perilaku para calon dokter muda di rumah sakit itu. Judulnya sangat provokatif, ” Para Calon Dokter Itu Sombong Sekali” (Bisa dibaca disini). Kata sang penulis mereka cuma lalu lalang seperti tak punya kerjaan, dengan sikap jumawa sambil asyik memainkan gadget-gadget canggih mereka, tidak perduli dengan keadaan pasien disekitarannya. Membacanya saya merasa harus mengurut dada dengan lemas. Apa yang saya bayangkan adalah sekumpulan orang yang bangga dengan jas putih nya, mondar-mandir seperti barongsai. Sambil jemarinya sibuk memencet-mencet smartphone, blackberry dan semacamnya. Saya berprasangka baik saja bahwa mereka sedang sibuk membaca literature dari perangkat telekomunikasi canggih itu. Mudah-mudahan tidak sebaliknya malah sibuk berhaha-hihi, twitteran atau fesbukan dihadapan pasien yang mungkin saat itu butuh bantuan dan pertolongan.
Lalu saya teringat seorang dokter Belanda yang kebetulan selama 6 bulan pernah berinteraksi bersama saya di Sumba. Kini ia telah kembali ke negerinya. Seorang dokter perempuan yang menyenangkan dengan segala sikap keterbukaannya. Kebetulan saat itu ia sedang meneliti “angiogenic factor” yang berperan dalam kejadian malaria. Topik yang jika ia jelaskannya kepada saya, saya merasa harus memasang konsentrasi 200% ditambah kening berkerut berusaha memahami topik menarik itu dengan susah payah. Ia seorang dokter spesialis penyakit dalam, sub spesialis penyakit tropis. Di belanda ia bekerja di salah satu rumah sakit pendidikan sebagai konsultan penyakit tropis.
Kami sering berbincang jika ada waktu di beranda laboratorium saat ia berkunjung, atau sesaat setelah nonton bareng piala dunia beberapa saat yang lalu. Utamanya jika Belanda yang main saat itu. Mungkin seperti kebanyakan orang Belanda, ia sangat terbuka dan selalu ” to the point” menilai sesuatu. Kebetulan juga penelitiannya dilakukan di sebuah rumah sakit di Sumba, walaupun ia tidak melayani pasien karena tak punya izin.

Suatu ketika ia bertanya pada saya. Apa sih yang menjadi motivasi seseorang menjadi dokter di Indonesia? Saya bingung, kok dia menanyakan pertanyaan semacam itu. Mungkin karena saya terdiam agak lama, dia kemudian menceritakan unek-uneknya melihat banyak hal yang mengelisahkan dirumah sakit tempatnya meneliti, terkait prilaku beberapa dokternya. Menurutnya beberapa orang dokter berprilaku sangat mengenaskan. Miskin senyum dan minim perhatian pada pasien. Bahkan beberapa saat sebelumnya ia menemukan seorang pasien yang meninggal dunia disana, keluarganya sangat bersedih namun tak satupun dari dokter itu yang datang memberikan penghiburan. Sama sekali tak punya empati katanya. Di belanda, dia akan menjamin bahwa dokter semacam ini pasti sudah lama dipecat. Waduh, untungnya di tempat itu tak ada alumni UNHAS, tapi tetap saja ia membuat saya linglung dengan segala keterbukaannya itu, seperti dirotan pas di otak kecil.

Apakah orang masuk kedokteran disini cuma karena ingin kaya atau karena status? Tanyanya lagi. Saya lagi-lagi tak berani menjawabnya. Mengatakan tidak seperti itu, takut malah hal itu yang paling banyak memotivasi orang tua memasukkan anaknya bersekolah di kedokteran, walaupun kemampuan sang anak pas-pasan saja dan mereka harus membayar sangat mahal. Pokoknya barusan malam itu saya yang biasanya cerewet tiba-tiba menjadi kalem secara mendadak. Lalu dia membandingkan lagi keadaan disini dengan di negerinya. Katanya profesi dokter disana sungguh suatu profesi yang susah dan penuh resiko. Orang yang betul-betul ingin menjadi dokter adalah mereka yang terpanggil. Punya kecerdasan, dan juga sensitifitas kemanusiaan kepada penderitaan orang lain. Kalau cuma sekedar ingin kaya katanya, di negerinya orang akan memilih menjadi pengacara atau pebisnis saja.

Sungguh malam itu saya cuma bisa termangu. Mencoba mencari pembelaan yang tak juga saya dapatkan. Ingin mengatakan bahwa tak semua dokter semacam itu, namun susahnya kadang-kadang pengalaman buruk yang dialami seseorang, membuat mereka sering menggeneralisir seolah seluruh dokter berperilaku semacam itu. Saya berterima kasih padanya atas keterusterangannya yang membuat saya tertohok dan berkata, kebetulan saya dosen kedokteran. Apa yang anda ceritakan malam ini akan saya sampaikan lagi pada mahasiswa saya, mudah-mudahan mereka suatu saat nanti jika telah menjadi dokter, tidak berprilaku yang sama. Saya me-link artikel yang ditulis di kompasiana itu sesungguhnya berharap dua hal. Pertama, mudah-mudahan ini bisa menjadi pelajaran agar adek-adekku para calon dokter betul-betul sadar bahwa profesi ini adalah sesuatu yang “sacred”. Orang tidak seharusnya bermain-main di dalamnya karenaia terkait dengan sesuatu yang sangat penting, tentang hidup dan mati seseorang. Seseorang yang kita kenal sebagai manusia dalam pemaknaannya yang paling utuh. Dalam profesi ini dibutuhkan tidak hanya kecerdasan dan skill yang mumpuni, namun juga kemampuan untuk membangun empati terhadap pasien dan kesediaan memperlakukan mereka sebagai sungguh-sungguh manusia. Bukan semata orang sakit.

Kadang-kadang saya risih juga dengan banyak update-an status di FB dari kalangan adek-adek mahasiswa kedokteran yang menceritakan pasien-pasiennya secara vulgar atau mengupload foto-foto pasien yang mungkin sedang meringis kesakitan. Bahkan saya pernah geleng-geleng kepala ketika ada yang mengupload foto pada saat melakukan sirkumsisi sambil berpose dengan bangganya, atau beberapa orang lagi saat sedang berada dalam kamar operasi menatap kamera sambil senyam-senyum. Saya tahu persis bahwa para teman sejawat itu paham dan mengerti dengan sesuatu yang kita sebut sebagai “rahasia pasien”. Saya berprasangka baik saja bahwa saat itu mungkin mereka lupa, bahwa ada hal-hal dalam profesi ini yang tidak seharusnya diumbar secara vulgar begitu rupa kepada khalayak.

Kedua, ini merupakan pelajaran berharga bahwa masyarakat kita semakin hari semakin cerdas. Prilaku buruk profesi yang sempat di potret masyarakat akan sangat mudah menyebar seperti wabah saat ini. Tak butuh banyak contoh buruk, cukup satu dua saja dan ketika di “blow up” di media semacam blog, atau jejaring sosial lainnya maka seketika citra profesi kita sebagai mahasiswa kedokteran atau dokter bisa jadi ternodai. Saya percaya, teman-teman koas yang lebih care di rumah sakit yang ditulis dalam artikel diatas tidak kalah banyaknya, tapi beberapa orang yang dianggap berprilaku buruk saja sudah cukup memberikan citra yang sungguh tak sedap.

Adakah yang bisa melawan kekuatan media yang telah bersenyawa dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi hari ini? Apa yang ditulis dan diposting di kompasiana diatas adalah sebuah bukti ampuhnya “citizen journalism”. Bisa jadi hal-hal semacam ini tidak akan pernah ditangkap oleh para wartawan sungguhan, tapi jangan pernah mengabaikan kemampuan warga untuk menjadi jurnalis dan mendisseminasikan berita dengan sangat cepat lewat perangkat telekomunikasi canggih yang sudah begitu mudah diakses hari ini. Akhirnya dari Sumba dengan segala cinta, saya berharap kita bersama bisa menjaga profesi ini. Apa yang diulas artikel itu bukan tentang institusi, tapi lebih sebagai pengingat untuk para mahasiswa kedokteran dimana pun mereka berada. Masyarakat kini melihat dan menilai apa yang kita lakukan. Mungkin baiknya berhati-hati bersikap dan berprilaku di ruang-ruang publik. Semoga di kampus kita tercinta, di rumah sakit yang kita gunakan belajar, tidak akan terjadi hal yang seperti itu. Maaf jika ada salah-salah kata.
Bismillaahirrahmaanirrahiim, semoga selalu teringat :’)


LALU, BUAT APA KITA JADI DOKTER ?

1. Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah.Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

2. Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan  tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi
arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan
paling berharga.

3. Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita/pria, daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis,sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

4. Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan,bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

5. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi  pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

6. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

7. Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita
tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

8. Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

9. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang
becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

10. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

11. Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”.


12. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

13. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di
mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini
hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi
terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah
jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat
susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika
ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai
mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Tuhan tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba- Nya. Tidak akan pernah.

berdasarkan catatan dari:
Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti. Aamiin.