Assalamualaikum! Salam sejahtera buat kita semua!
Yup, pertama-tama biarkan saya panjatkan puji syukur akhirnya bisa ngeblog lagi selama 3 bulan vakum (mohon maaf lama banget updatenya, maklum semester 6 :( )
Di semester 6 ini, penulis udah melalui banyak blok di kampus. Untuk semester ini sendiri ada 3 blok : NBS (NeuroBehavioral System, bahas saraf dan jiwa), THT-Mata, dan Elektif-Forensik (Hukum Kedokteran, Hiperbarik, Forensik, dan Medikolegal). Untuk postingan blog saya mau bahas tentang forensik nih, bolehlah cerita sedikit-sedikit tentang pelajaran dan kesannya, walaupun baru satu minggu bloknya x-) Nanti juga akan updatenya kok setelah ujiannya selesai heheheh.
Kalo dipikir-pikir apa sih yang ada di benak kita soal forensik? Kasus pembunuhan? Misteri pelaku yang belum terungkap? Cara dan motif pelaku membunuh korbannya? Atau seperti proses otopsi, identifikasi, dll?
Di kedokteran forensik, kita mempelajari berbagai hal, seperti bagaimana seseorang meninggal, apakah dibunuh, kecelakaan, bunuh diri, dsb. Bila bunuh diri/pembunuhan gimana cara kematiannya, bisa seperti luka karena benda tajam, tumpul, asfiksia, dll. Untuk inti pelajarannya, ada Thanatology (ilmu yang mempelajari tentang proses pembusukan jasad). Semuanya dilihat dari kacamata seorang dokter tentunya. Sampai di sini, kalian ngerasa takut/tertantang/yang lain bacanya? xD
Kata dosen saya di kampus, "Ilmu forensik ini kita belajar semuanya ya dek. Mulai dari anatomi, fisiologi, dsb." Kalo dipikir memang ada benarnya. Di blok lain memang belajar semuanya tapi yang ini beda rasanya :D Hanya di forensik inilah kita akan bekerja sama dengan nonnakes lain yaitu polisi. Juga forensik inilah SATU-SATUNYA yang berhadapan dengan orang yang sudah meninggal. Well, maybe juga forensik ini juga lebih familiar buat kita terutama yang sukanya baca cerita detektif/liat berita kriminal/dll. Pernah nonton film CSI? Itu lho yang filmnya nyeritain soal polisi di Amerika, bagaimana mereka mengungkap kasus seperti pembunuhan, menemukan gimana cara dan seperti apa motif korban dibunuh. Psst, sebenernya ini kata dosenku (secara belum pernah liat filmnya sih wkwk). I'll tell you some secrets though in next line.
"Tidak semua yang kelihatannya menarik, wow, atau heboh itu benar-benar menarik. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi di belakangnya."
Kata-kata dosen penulis ini agak mengagetkan sih, tapi benar adanya. Menurut beliau, menjadi seorang forensik itu tidak segampang dan semenarik yang dibayangkan orang. Justru film/cerita seperti CSI dibuat agar banyak orang yang tertarik mendalami forensik. Faktanya, berapa banyak sih yang mau mengurusi hal-hal seperti sebab kematian, otopsi, membedah bagian orang yang sudah meninggal? Mungkin banyak yang sudah ngeri (?) Belum lagi kita akan berhadapan dengan hal lain seperti bau mayat, wawancara wartawan kepo, anggapan masyarakat tentang penyebab kematian korban, dll. Ini mengingatkan penulis soal banyaknya serial film superhero dari Amerika. Konon karena tingginya angka kriminalitas di sana sampai-sampai orang AS menciptakan superhero karangan mereka, membayangkan dan membuat cerita bagaimana jika superhero ini real dan bisa menekan angka kriminal di sana.
Juga, beliau mengakui bahwa spesialis forensik ini merupakan wadah bagi orang-orang "gila". Kok bisa?
Kebanyakan orang normal mah mana mau disuruh ngurusin seperti beginian? Katanya, spesialis forensik ini harus mempunyai insting yang tajam, selain ilmu yang mumpuni dan skill dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan. Bagi saya, mungkin ini juga yang membedakan mereka dengan spesialis lain. Dekan dari FK Unpad, beliau juga merupakan salah satu dokter spesialis forensik. Katanya beliau juga yang menggagas program pendidikan dokter S1 dan PPDS gratis dengan syarat mau ditempatkan di wilayah tertentu saat sudah jadi. Menurut dosen saya dan saya sendiri, ini terobosan luar biasa. (Siapa yang ga mau dibiayai kuliah di FK yang sedemikian mahal, dan karirnya sudah dijamin?)
Part 2, to be continued soon
Yup, pertama-tama biarkan saya panjatkan puji syukur akhirnya bisa ngeblog lagi selama 3 bulan vakum (mohon maaf lama banget updatenya, maklum semester 6 :( )
Di semester 6 ini, penulis udah melalui banyak blok di kampus. Untuk semester ini sendiri ada 3 blok : NBS (NeuroBehavioral System, bahas saraf dan jiwa), THT-Mata, dan Elektif-Forensik (Hukum Kedokteran, Hiperbarik, Forensik, dan Medikolegal). Untuk postingan blog saya mau bahas tentang forensik nih, bolehlah cerita sedikit-sedikit tentang pelajaran dan kesannya, walaupun baru satu minggu bloknya x-) Nanti juga akan updatenya kok setelah ujiannya selesai heheheh.
Kalo dipikir-pikir apa sih yang ada di benak kita soal forensik? Kasus pembunuhan? Misteri pelaku yang belum terungkap? Cara dan motif pelaku membunuh korbannya? Atau seperti proses otopsi, identifikasi, dll?
Di kedokteran forensik, kita mempelajari berbagai hal, seperti bagaimana seseorang meninggal, apakah dibunuh, kecelakaan, bunuh diri, dsb. Bila bunuh diri/pembunuhan gimana cara kematiannya, bisa seperti luka karena benda tajam, tumpul, asfiksia, dll. Untuk inti pelajarannya, ada Thanatology (ilmu yang mempelajari tentang proses pembusukan jasad). Semuanya dilihat dari kacamata seorang dokter tentunya. Sampai di sini, kalian ngerasa takut/tertantang/yang lain bacanya? xD
Kata dosen saya di kampus, "Ilmu forensik ini kita belajar semuanya ya dek. Mulai dari anatomi, fisiologi, dsb." Kalo dipikir memang ada benarnya. Di blok lain memang belajar semuanya tapi yang ini beda rasanya :D Hanya di forensik inilah kita akan bekerja sama dengan nonnakes lain yaitu polisi. Juga forensik inilah SATU-SATUNYA yang berhadapan dengan orang yang sudah meninggal. Well, maybe juga forensik ini juga lebih familiar buat kita terutama yang sukanya baca cerita detektif/liat berita kriminal/dll. Pernah nonton film CSI? Itu lho yang filmnya nyeritain soal polisi di Amerika, bagaimana mereka mengungkap kasus seperti pembunuhan, menemukan gimana cara dan seperti apa motif korban dibunuh. Psst, sebenernya ini kata dosenku (secara belum pernah liat filmnya sih wkwk). I'll tell you some secrets though in next line.
It's not cool like them to be a forensic doctor.
"Tidak semua yang kelihatannya menarik, wow, atau heboh itu benar-benar menarik. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi di belakangnya."
Kata-kata dosen penulis ini agak mengagetkan sih, tapi benar adanya. Menurut beliau, menjadi seorang forensik itu tidak segampang dan semenarik yang dibayangkan orang. Justru film/cerita seperti CSI dibuat agar banyak orang yang tertarik mendalami forensik. Faktanya, berapa banyak sih yang mau mengurusi hal-hal seperti sebab kematian, otopsi, membedah bagian orang yang sudah meninggal? Mungkin banyak yang sudah ngeri (?) Belum lagi kita akan berhadapan dengan hal lain seperti bau mayat, wawancara wartawan kepo, anggapan masyarakat tentang penyebab kematian korban, dll. Ini mengingatkan penulis soal banyaknya serial film superhero dari Amerika. Konon karena tingginya angka kriminalitas di sana sampai-sampai orang AS menciptakan superhero karangan mereka, membayangkan dan membuat cerita bagaimana jika superhero ini real dan bisa menekan angka kriminal di sana.
Juga, beliau mengakui bahwa spesialis forensik ini merupakan wadah bagi orang-orang "gila". Kok bisa?
Kebanyakan orang normal mah mana mau disuruh ngurusin seperti beginian? Katanya, spesialis forensik ini harus mempunyai insting yang tajam, selain ilmu yang mumpuni dan skill dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan. Bagi saya, mungkin ini juga yang membedakan mereka dengan spesialis lain. Dekan dari FK Unpad, beliau juga merupakan salah satu dokter spesialis forensik. Katanya beliau juga yang menggagas program pendidikan dokter S1 dan PPDS gratis dengan syarat mau ditempatkan di wilayah tertentu saat sudah jadi. Menurut dosen saya dan saya sendiri, ini terobosan luar biasa. (Siapa yang ga mau dibiayai kuliah di FK yang sedemikian mahal, dan karirnya sudah dijamin?)
Part 2, to be continued soon